Internal Linking yang Buruk dan Cara Mengatasinya

Daftar Isi
Internal Linking
Internal Linking

Pernah nggak sih kamu bikin banyak artikel buat blog atau website, tapi kok trafiknya gitu-gitu aja? Padahal udah nulis panjang-panjang, keyword udah ditempatkan, gambar juga udah optimal. Nah, bisa jadi masalahnya bukan di kontennya, tapi justru di internal linking yang kamu terapkan. Yap! Kadang kita suka abai sama hal ini, padahal efeknya bisa lumayan besar, lho!

Artikel ini bakal ngobrolin soal internal linking yang buruk, gimana dampaknya buat SEO, dan tentu aja cara memperbaikinya biar performa website makin maksimal. Yuk, kita bahas bareng-bareng.

Ciri-Ciri Internal Linking yang Buruk

Sebelum kita masuk ke cara perbaikan, yuk kenalan dulu sama tanda-tanda bahwa struktur tautan internal kamu bermasalah. Kadang terlihat sepele, tapi efeknya cukup signifikan kalau dibiarkan terus-menerus.

1. Tautan Internal yang Nggak Nyambung Topiknya

Pernah lihat link dalam artikel yang ujug-ujug ngarah ke halaman yang nggak nyambung? Misalnya kamu lagi baca soal “Tips Memasak Sehat”, tapi tiba-tiba diarahkan ke artikel “Cara Merawat Ban Mobil”. Duh, bingung banget kan?

Ini namanya internal link yang nggak relevan. Selain bikin pembaca bingung, ini juga bisa menurunkan skor kualitas dari Google. Navigasi internal yang membingungkan kayak gini bikin pengalaman pengguna jadi jelek. Jadi pastiin tiap tautan internal kamu nyambung secara topik, ya.

2. Anchor Text yang Nggak Jelas

“Klik di sini”, “baca selengkapnya”, “selanjutnya”—nah, ini contoh anchor text internal link yang nggak informatif. Mesin pencari kayak Google tuh suka sama anchor text yang deskriptif, yang ngasih tahu konteks isi dari halaman tujuan.

Jadi, dibanding nulis “klik di sini”, mending tulis langsung kayak “baca strategi membangun backlink berkualitas”. Lebih jelas, lebih SEO-friendly, dan lebih membantu pembaca juga.

3. Link Menuju Halaman Rusak

Coba bayangin kamu lagi semangat baca artikel, terus klik link yang menjanjikan info tambahan… tapi malah muncul halaman 404. Gemes nggak sih?

Internal link rusak alias broken link itu salah satu bentuk internal linking error yang bikin pengunjung ilfeel dan ninggalin halaman. Selain itu, Google juga bisa nurunin peringkat halaman karena kualitas link-nya buruk.

4. Distribusi Internal Link Nggak Rata

Kadang ada halaman yang dapet banyak banget tautan masuk dari halaman lain, sementara artikel lain malah nggak ada sama sekali. Ini disebut distribusi link internal yang nggak merata. Akibatnya, halaman penting bisa “tenggelam” karena nggak dapet dukungan internal yang cukup.

Kebalikannya, kalau satu halaman kebanyakan link (alias link stuffing), pembaca juga bakal bingung harus klik yang mana dulu. Jadi, semuanya harus seimbang.

Dampak Internal Linking Buruk terhadap SEO dan Pengalaman Pengguna

Nah, setelah kita tahu tanda-tandanya, sekarang waktunya ngobrol soal dampak buruk dari internal linking yang salah kaprah. Nggak cuma soal peringkat, tapi juga soal kenyamanan pengguna di website kamu.

  • Bot Google Susah Crawl dan Index Halaman
Google punya robot crawler yang tugasnya ngejelajahin isi situs kamu. Kalau struktur internal link-nya berantakan, si bot ini bisa nyasar atau bahkan nggak nemu halaman penting sama sekali. Hasilnya, halaman itu bisa jadi nggak ke-index, alias nggak muncul di hasil pencarian.

Crawlability internal link itu penting banget. Dengan struktur tautan internal yang jelas, kamu bantu Google paham mana halaman yang prioritas.

  • Bounce Rate Naik, Pengunjung Cepat Kabur
Kalau orang masuk ke situs kamu dan dalam hitungan detik langsung keluar tanpa klik apa pun, itu disebut bounce rate. Dan bounce rate yang tinggi sering jadi indikator pengalaman pengguna yang buruk.

Internal linking yang asal-asalan bisa bikin orang frustasi karena mereka nggak diarahkan ke konten yang benar-benar mereka cari. Apalagi kalau navigasi internalnya bikin nyasar, bisa-bisa mereka kapok mampir lagi.

  • Page Authority Nggak Mengalir ke Halaman Penting
Dalam SEO, setiap halaman punya page authority, semacam poin yang bisa didistribusikan lewat tautan. Kalau kamu bikin link ke halaman lain, sebagian authority itu bisa “mengalir”.

Nah, kalau kamu nggak ngarahin link ke halaman-halaman penting (misalnya halaman jualan atau artikel andalan), ya authority itu mubazir. Ini yang disebut aliran internal link yang nggak optimal.

Cara Mengatasi Masalah Internal Linking secara Efektif

Oke, sekarang bagian seru-serunya! Gimana sih cara mengatasi kesalahan internal linking yang udah terlanjur kamu buat? Jangan khawatir, semuanya bisa diperbaiki kok. Nih, langkah-langkahnya:

Audit Internal Link Rutin

Langkah pertama adalah audit tautan internal. Kamu bisa pakai tools seperti Screaming Frog, Ahrefs, atau Google Search Console buat cari tahu mana link yang rusak, nggak relevan, atau duplikat.

Dengan audit rutin, kamu bisa ngecek apakah ada halaman yang “kesepian” alias nggak dapet link sama sekali, dan bisa juga nemuin struktur internal yang bermasalah. Jadi jangan tunggu sampai trafik jeblok baru panik, ya!

Gunakan Anchor Text yang Deskriptif

Kayak yang udah dibahas tadi, anchor text itu harus jelas dan relevan. Hindari kata-kata generik kayak “klik di sini” atau “lihat info”. Sebaliknya, pakai kata-kata yang mencerminkan isi halaman tujuan, seperti “baca tips SEO mobile-friendly” atau “pelajari struktur silo content”.

Ini bukan cuma buat bantu mesin pencari, tapi juga buat bantu pembaca supaya lebih yakin sebelum mereka ngeklik.

Bangun Struktur Link yang Teratur dan Jelas

Coba bayangin website kamu kayak rumah. Kalau pintunya banyak tapi gak jelas arahnya ke mana, tamu bakal bingung. Nah, internal linking yang baik tuh ibarat kamu kasih petunjuk yang jelas buat tiap ruangan.

Kamu bisa bikin struktur hierarki dengan menyambungkan artikel-artikel kecil ke artikel pilar atau kategori utama. Ini sering disebut juga dengan silo content, dan efektif banget buat ningkatin SEO on-page kamu.

Fokus ke Halaman Prioritas

Gak semua halaman di website kamu punya bobot yang sama. Ada halaman yang penting banget—misalnya landing page, halaman produk, atau artikel evergreen. Nah, kamu perlu mengarahkan internal link ke halaman prioritas ini supaya mereka dapet sokongan authority lebih besar.

Buat daftar halaman yang kamu anggap strategis, dan pastikan tiap artikel lain kasih minimal 1–2 link ke situ.

Update Internal Link di Artikel Lama

Artikel lama jangan ditinggal! Biasanya artikel lama punya ranking yang udah stabil. Nah, kamu bisa memasukkan link ke artikel baru dari konten-konten lama ini untuk bantu halaman baru naik peringkat.

Ini bagian dari strategi maintenance SEO yang sering dilupain orang. Padahal bisa bantu banget buat ngebantu konten baru bersaing di halaman pencarian.


Jadi, intinya internal linking yang buruk itu bisa ngerusak segalanya, mulai dari user experience, struktur SEO, sampai peringkat di Google. Tapi kabar baiknya, semuanya bisa diperbaiki. Mulai dari audit internal link, bikin anchor text yang deskriptif, sampai bikin struktur link yang jelas dan fokus ke halaman penting—semuanya bisa kamu mulai sekarang juga.

Ingat ya, tautan internal bukan sekadar sambungan antar halaman, tapi bagian dari strategi SEO yang bisa bantu website kamu lebih terstruktur dan kompetitif di mesin pencari.

Kalau kamu rutin merapikan dan mengatur internal link dengan strategi yang pas, bukan cuma Google yang senang, tapi pembaca kamu juga bakal betah berlama-lama di website. Nah, sekarang udah paham kan kenapa optimasi tautan internal itu penting banget?

Kalau kamu pengin tools atau template khusus buat audit internal link atau template struktur silo, tinggal bilang aja. Nanti aku bantuin bikinin juga!

Posting Komentar