Merauke – Di pelosok Papua, tepatnya di Kampung Kweel, Distrik Eligobel, Kabupaten Merauke, ada pemandangan yang mungkin tidak terbayangkan oleh banyak orang. Di sebuah ruang kelas sederhana di SD YPPK ST Mikael, anak-anak duduk dengan antusias, menatap tajam ke arah papan tulis, mendengarkan seorang pria berseragam loreng yang dengan sabar mengajarkan pelajaran matematika.
Pria itu bukanlah guru biasa. Dia adalah anggota Satgas Pamtas Yonif 726/Tamalatea, yang biasanya dikenal sebagai garda terdepan dalam menjaga kedaulatan wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Namun, di sela tugasnya yang berat, mereka mengambil peran yang tak kalah penting: menjadi tenaga pendidik bagi anak-anak di daerah perbatasan.
Sertu Suandi, Wadanpos Kweel, mengisahkan bagaimana ia dan rekan-rekannya setiap hari datang ke sekolah itu. Mereka mengajar berbagai mata pelajaran, dari matematika hingga pelajaran moral, memberikan motivasi kepada anak-anak agar terus semangat belajar. “Kami ingin mereka memiliki mimpi besar, meskipun tinggal di daerah perbatasan,” katanya, Senin 12 Agustus 2024.
Sebelum berangkat ke penugasan, para personel ini sudah dibekali dengan pelatihan khusus. Mereka dilatih tidak hanya dalam hal militer, tetapi juga bagaimana menyampaikan materi pelajaran dengan cara yang mudah dipahami oleh anak-anak. “Melihat senyum ceria anak-anak ini adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami. Mereka adalah masa depan bangsa, dan kami merasa terhormat bisa menjadi bagian kecil dalam perjalanan mereka,” lanjut Suandi.
Ibu Herlina Katkirik, salah satu guru di sekolah itu, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para anggota Satgas. “Kehadiran mereka sangat berarti. Anak-anak menjadi lebih semangat belajar, dan yang terpenting, mereka mendapatkan inspirasi dari abang-abang tentara ini,” ujar Herlina dengan mata berkaca-kaca.
Baginya, anak-anak di perbatasan sering merasa terpinggirkan dan kurang mendapatkan perhatian. Namun, dengan kehadiran Satgas Pamtas yang turut mengajar, mereka merasa diperhatikan dan dihargai. “Semoga anak-anak ini bisa meraih cita-cita mereka, entah menjadi guru, dokter, atau bahkan tentara seperti abang-abang ini,” harapnya.
Di tengah segala keterbatasan, upaya Satgas Pamtas Yonif 726/Tml untuk mencerdaskan generasi muda di perbatasan adalah bukti nyata bahwa pendidikan adalah hak setiap anak Indonesia, di mana pun mereka berada. Sebuah cerita tentang keberanian, pengabdian, dan harapan yang terus hidup di ujung timur negeri ini. **